Laman

Minggu, 03 November 2019

Youth Adventure 2019: Siapa dan Hal Apa yang Akan Kau Temui di Jalan?

Day 1: Surabaya
Hari pertama Youth Adventure dimulai hari Senin tanggal 7 Oktober 2019 dengan titik start di Wisma Remaja Dukuh Kupang. Hari yang sangat mendebarkan dan memicu adrenalin karena untuk pertama kalinya saya akan merasakan bagaimana hidup di jalan bersama kedua teman satu tim hanya dengan uang 100 ribu/anak. Setelah dilepas pukul 09:30 WIB, saya dan tim saya berjalan ke arah Selatan untuk sekadar mencari inspirasi. Kami pun memutuskan untuk membeli 30 buah tisu kecil, lalu pergi ke tempat print-printan terdekat untuk mencetak quote kalimat toleransi dan pentingnya berbagi yang akan kami tempelkan bersama tisu-tisu yang kami beli. Kami ingin menjual sesuatu dan berusaha mendapat uang lebih dari penjualan tisu tersebut. Kami lalu berinisiatif untuk pergi ke Taman Bungkul, yang jaraknya kurang lebih tujuh kilometer dari Wisma Remaja Dukuh Kupang. 

Sungguh perjalanan yang lumayan melelahkan. Kami menjajakan tisu kepada orang-orang yang kami temui di jalan dan kami menemukan banyak orang baik yang mau membantu kami bertiga. Bahkan ada Ibu-ibu penjaga rumah makan yang berbaik hati memberikan tiga botol air putih dingin kepada kami dan ada yang memberikan uang 20 ribu untuk kami. Walaupun ada beberapa yang menolak kami, kami sungguh terharu bahwa banyak masyarakat yang sedia membantu kami. Sekitar pukul 16:00 WIB kami sampai di Taman Bungkul dan kami pun mendapatkan rezeki yang lumayan. Jika di total, jumlahnya mencapai 270 ribu. Melihat pengeluaran kami yang hanya berjumlah kurang lebih 40 ribu untuk membeli tisu dan biaya mencetak tulisan, total uang 270 ribu sudah diluar ekspektasi kami. 

Malam pun tiba, kami memutuskan untuk istirahat makan dan sholat di masjid dekat taman dan melanjutkan kegiatan berjualan tisu kami karena semakin malam, semakin banyak orang yang datang ke Taman Bungkul. Sampai pada saat kami menjajakan tisu kami ke seorang Ibu-ibu berumur 50an yang sedang duduk-duduk bersama beberapa koleganya sambil menikmati kuaci di pinggir taman. Kami menjelaskan maksud dan tujuan kami serta menjelaskan pentingnya rasa toleransi antar suku dan antar umat beragama, serta menjelaskan pandangan kami mengenai pemerintah Indonesia saat ini. Saya ingat sekali ucapan yang beliau katakan kepada kami, “Jokowi adalah pemimpin kita, setidak sukanya kamu kepada Jokowi, hormati lah dia, karena beliau tetap pemimpin kita,” sebelum beliau memberikan uang 300 ribu kepada kami. Sontak kami terkejut, karena nominal yang diberikan terlalu besar untuk sekadar sebungkus tisu. Disitu saya menangis bersama salah satu rekan saya karena merasa terharu mendapat uang sebanyak itu. Beliau membeli semua tisu yang kami punya dan menyuruh kami untuk segera mencari bus ke Bondowoso. 

Kami lalu bergegas menuju ke arah Pos Satpam taman yang berjarak tak jauh dari situ untuk menanyakan bagaimana cara untuk bisa ke Terminal Bungurasih. Pak Satpam dan salah satu petugas Satpol PP disitu membantu kami mencari botol plastik bekas untuk dapat naik Bus Surabaya karena per orang diharuskan memberi lima botol plastik bekas ukuran sedang. Jadi total botol plastik bekas yang harus kami dapatkan adalah 15. Setelah mendapatkan botol secukupnya, kami lalu naik Bus Surabaya menuju ke Terminal Bungurasih sekitar jam 19:45 WIB. 

Sesampainya di terminal, kami dibantu oleh seorang warga yang kami temui di Bus Surabaya bernama Bapak Widodo yang telah sangat berbaik hati mencarikan bus kearah Bondowoso yang aman dari calo. Kami berangkat pukul 21:30 WIB menuju Bondowoso dan transit di Terminal Probolinggo dari pukul 12 malam sampai pagi.

Lesson Learned:
Bahwa banyak sekali orang-orang baik yang kami jumpai di jalan, dan kami mengerti betapa sulitnya mencari uang untuk dapat bertahan hidup. Kami juga belajar untuk dapat berhemat dan tidak menghambur-hamburkan uang karena diluar sana banyak sekali orang-orang yang bekerja membanting tulang dan bahkan bekerja lebih keras dari apa yang kami lakukan, untuk dapat bertahan hidup. Saya juga belajar bahwa kita tidak perlu menjadi orang yang mampu untuk dapat berbagi karena sekecil apa pun bantuan yang kita berikan akan sangat berarti bagi orang lain. Kita juga menjadi manusia yang mengerti bahwa berdo’a dan banyak bersyukur perlu kita lakukan karena hasil tidak akan mengkhianati usaha.



Day 2: Bondowoso
Untuk pertama kalinya dalam sepanjang hidup saya, saya tidur di di terminal. Karena hari sudah larut, dan bus memang transit dan akan berangkat menuju Bondowoso pukul 07:00 WIB, kami diharuskan tidur di dalam bus sampei esok hari. Kami mengobrol dengan supir bus lain yang ada disana sembari minum teh hangat di warung-warung kecil yang ada di dalam terminal, yang hanya bermodalkan meja kayu kecil dan bangku-bangku kayu sederhana, tanpa atap, dan diterangi lampu kuning di tengahnya. Kami menghabiskan waktu malam kami di dalam bus sampai keesokan hari. 

Setelah mandi dan bersiap-siap berangkat, bus pun menuju Bondowoso dan tiba disana pukul 11:00 WIB. Hanya satu kata yang dapat kami ucapkan. Sepi. Terminal Bondowoso sungguh sepi, hanya ada beberapa bus yang terparkir dan tidak banyak penumpang yang naik ataupun turun dari bus. Kami sempat bingung ingin melakukan kegiatan apa di Bondowoso sebagai bentuk Ziarah Tangan di Atas kami, karena hari sungguh panas dan terik, dan terminal begitu sepi. 

Kami lalu duduk-duduk sebentar sembari berbincang-bincang dengan pedagang asongan dan seorang pengamen yang ada di terminal. Pengamen tersebut melakukan kegiatan mengamennya karena menyanyi adalah hobinya. Ketika tidak ada bus yang parkir, pengamen itu tetap memainkan gitarnya di ruang tunggu terminal tanpa henti. Pengamen tersebut tidak mau menerima bantuan kami dan malah mengantar kami ke warung makan di terminal yang menjadi warung langganannya karena makanan yang tersedia terbilang murah. 

Setelah itu, kami berjalan kurang lebih tiga kilometer kearah alun-alun Bondowoso untuk mencari anak jalanan atau pengamen, namun nihil, karena alun-alun mulai ramai dari sore sampai malam. Setelah beberapa menit duduk-duduk di alun-alun, kami pun berinisiatif untuk membeli sandal jepit untuk kami sumbangkan ke mushola-mushola yang belum menyediakan sandal jepit untuk wudhu. Saya dan salah satu rekan saya berjalan lima menit kearah pasar dan membeli beberapa pasang sendal jepit dengan biaya 120 ribu. Kami lalu sumbangkan sandal jepit ke masjid dekat alun-alun Bondowoso dan mushola terminal. 

Selanjutnya, kami menuju Situbondo menggunakan angkutan kota dengan ongkos 7 ribu/orang dan turun di Terminal Situbondo. Berikutnya, kami berjalan kearah jalan raya yang banyak dilewati bus dan truk yang menuju kearah Banyuwangi dan menunggu selama satu jam di lampu merah. Akhirnya kami mendapat tumpangan truk tronton gandeng kearah Pelabuhan Ketapang yang ditempuh selama kurang lebih tiga jam, dan sampai di Pelabuhan Ketapang pukul 00:00 WIB.

Lesson Learned:
Bahwa hidup itu kadang di atas dan kadang di bawah. Kemarin tim kami diberikan kemudahan dalam melakukan Ziarah Tangah di Bawah, namun mendapat kesulitan dalam melakukan Ziarah Tangan di Atas. Kami belajar banyak akan pentingnya bersabar.  
 


Day 3: Bali
Setelah tiba di Pelabuhan Ketapang pukul 00:00 WIB, kami memutuskan untuk bermalam dan istirahat di ruang tunggu pelabuhan yang sudah sepi dan berangkat keesokan harinya. Karena Pelabuhan Ketapang buka 24 jam dan selalu ada kapal yang berlabuh setiap waktunya, membuat ruang tunggu pelabuhan tidak berfungsi dengan baik. Kami menyeberang dari Banyuwangi ke Bali pukul 07:00 WIB dan tiba di Pelabuhan Gilimanuk pukul 09:00 WITA dan makan di pelabuhan. Kemudian kami berencana untuk menumpang truk untuk bisa menuju ke Denpasar, namun sayangnya kami tidak menemukan truk yang lewat dan tiba bersamaan dengan kami. Terpaksa kami naik angkutan kota dengan ongkos 40 ribu/orang untuk menuju ke Terminal Ubung, Denpasar. Di dalam angkot, kami bertemu dua turis asing asal Jerman dan Selandia Baru dan berbicara tentang banyak hal. 

Kami tiba di Terminal Ubung pukul 12:30 WITA dan memutuskan untuk mencari masjid atau mushola terdekat. Disini lah kami merasakan sulitnya mencari masjid. Kami harus berjalan kurang lebih tiga kilometer untuk menuju Masjid Baiturrahman, salah satu masjid terbesar di daerah Kampung Jawa. Setelah melakukan sholat Ashar, kami lalu mencari langgar terdekat untuk menyumbangkan sisa sandal jepit kami dan akhirnya kami mengajarkan pentingnya rasa toleransi di langgar RT 5 Kampung Jawa kepada anak-anak SD yang mengikuti kegiatan membaca Al-Qur’an di langgar tersebut. 

Kami juga menyanyikan lagu Tanah Air bersama mereka semua dan melakukan permainan-permainan kecil yang membuat mereka terhibur. Ziarah Kebebasan kami selanjutnya kami pakai untuk berjalan-jalan menuju Kuta, melihat Monumen Bom Bali (Ground Zero Monument) untuk pertama kali, yang mana monumen ini sendiri dibangun untuk menghormati para korban Bom Bali pada Oktober 2002 silam di Jalan Legian, Kuta.

Lesson Learned:
Bahwa sesekali kita harus merasakan bagaimana rasanya menjadi minoritas supaya dapat menambah rasa toleransi antar umat. Di Kampung Jawa, masyarakat hidup rukun dan tentram, serta hidup saling menghormati, tidak ada perpecahan maupun konflik di Bali, sebab menurut saya, semua masyarakat harus hidup rukun dimana pun kita berada.


Rabu, 30 Oktober 2019

Pre-Departure Youth Adventure 2019: Surabaya, Here We Go!

Setelah melakukan tahap Seleknas, alhamdulillah saya lolos untuk bisa mengikuti rangkaian acara Youth Adventure and Youth Leadership Forum 2019 yang akan diselenggarakan di Surabaya-Bali bulan Oktober 2019. Dari 430 pendaftar, terpilih lah 20 orang yang berhak mengikuti acara tersebut.

Dari 20 orang tersebut, hanya 15 orang yang konfirmasi hadir di hari-H. Teman Seleknas ku, Vindi dan Salsa sayangnya tidak dapat datang ke Surabaya karena satu dan lain hal. 15 orang tersebut terdiri dari saya, Owi (Kalimantan Timur), Ewin (Papua), Salma (Jawa Barat), Eka (Bali), Kak Ipul (Sulawesi Tenggara), Febri (Jawa Timur), Maula (Jawa Timur), Kak Rama (Sulawesi Tengah), Kak Wahyudi (Aceh), Kak Bahri (Jawa Barat), Agung (Kepri), Rafi (Aceh), Tampan (Aceh), dan Akbar (Kalimantan Tengah). 

Ada beberapa tugas dan barang yang harus kami bawa ke Surabaya, salah satunya telur mentah. Pihak GMB tidak memberitahu saya dan teman-teman tentang esensi dari telur mentah tersebut. Telur mentah saya bungkus dengan koran sedemikian rupa dan kemudian saya masukkan kedalam tempat makan supaya tetap aman sampai Surabaya.

Saya berangkat dari Semarang naik kereta pukul 5:30 WIB dan sampai di Surabaya jam 9:30 WIB. Lanjut ke titik kumpul acara yang bertempat di Wisma Remaja Dukuh Kupang Surabaya. Sekitar pukul 10:00 WIB saya tiba di lokasi dan bertemu dengan Kak Bahri, Akbar, dan Eka. Satu persatu peserta berdatangan dan kami berbincang-bincang sambil makan siang diluar aula.





Untuk lebih jelasnya, saya akan menjabarkan kegiatan saya selama karantina dua hari di Wisma Remaja Surabaya seperti berikut.

Welcome to GMB & Tell Me More About Yourself
Seluruh peserta diwajibkan memakai baju GMB yang telah diberikan saat pendaftaran di awal. Di sesi ini, semua peserta memperkenalkan diri masing-masing kurang dari 5 menit. Alumni GMB juga memperkenalkan diri dan saya banyak mengenal orang-orang yang luar biasa baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Semakin merasa menjadi butiran debu karena belum mampu membantu dan berkontribusi banyak ke lingkungan sekitar. But from them, I'm getting there one day hopefully. 


Welcome Dinner
Ini nih yang seru. Setelah istirahat mandi dan sholat Maghrib, saya masuk ke aula dengan kondisi meja tertata rapi dengan nasi kuning di atas daun pisang disusun memanjang di atas meja, serta segala lauk pauk disana. Saya tidak sempat mengabadikan momen tersebut tapi cara makan seperti itu memang sangat seru, ditambah lagi dengan ketentuan bahwa para peserta tidak boleh duduk bersebelahan dengan sesama peserta. Tujuan utama memang bonding dengan para alumni GMB yang lain. Makan sambil ngobrol harusnya tidak boleh, tapi mustahil kalau tidak ngobrol  jika bertemu anak-anak GMB. Ada saja yang diperbincangkan. Saya duduk berhadapan dengan Mba Jen, Bram, Bang Al, Kak Mustika, dan Kak Wong, sedangkan samping kanan saya itu Kak Bryan dan samping kiri saya Kak Arnald. 

Morning Exercise
Jam 06:00 seluruh peserta wajib berkumpul di halaman depan Wisma Remaja untuk melakukan kegiatan olahraga bersama. Setelah melakukan pemanasan, kami berlari keluar Wisma dengan rute sekitar kawasan Dukuh Kupang dan kembali ke Wisma sekitar pukul 06:45 WIB. Saya pikir acara akan selesai sampai disitu, tapi tidak secepat itu. Setelah berlari sekitar 2-3 km, alumni GMB meminta kita untuk menyebutkan tokoh yang kita kagumi beserta alasannya. Satu persatu peserta dan alumni GMB (serta board members) menyampaikan kepada kita semua idola dan tokoh yang menginspirasi; mulai dari Gus Dur, RA Kartini, Hoegeng Iman Santoso, Yuval Noah Harari, Ki Hajar Dewantara, BJ Habibie, dan lain sebagainya. Sesi ini berhasil menambah wawasan saya tentang tokoh-tokoh yang namanya terdengar asing di telinga saya namun memiliki kisah inspiratif yang patut dicontoh.  




Introduction to GMB: Background and Its Four Values
Para peserta dan alumni GMB diharapkan dapat terus menebarkan empat nilai-nilai GMB yaitu living beyond yourself, sharing in diversity, volunteerism, dan start from yourself. Kita sebagai manusia harus sepenuhnya sadar bahwa kita hidup tidak sendirian, kita hidup di tengah-tengah masyarakat, jadi buanglah ego mu dan mulai untuk memperjuangkan kepentingan bersama. Rasa toleransi antar sesama umat manusia juga harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari karena lingkungan kita sangat majemuk, terdiri dari orang-orang yang berbeda suku, budaya, bahasa, dan sebagainya. Perubahan dimulai dari diri sendiri, untuk kita bisa membuat perubahan di lingkungan. Begitulah sinopsis yang dapat saya tulis untuk menggambarkan sesi ini.

Understanding YA: Journey of Receiving, Journey of Giving Back, and Journey of Freedom
Mari kita bahas kegiatan Youth Adventure-nya. Jadi ada tiga misi yang harus dilakukan para peserta YA selama melakukan kegiatan ini. Pada hari pertama, yakni tanggal 7 Oktober 2019, misinya adalah  Journey of Receiving atau Ziarah Tangan di Bawah. Dalam misi ini, tiap kelompok harus melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan uang di kota pertama agar dapat melanjutkan perjalanan ke kota berikutnya dan menjadi modal untuk melakukan misi selanjutnya. Peserta dituntut untuk kreatif dalam melakukan misi ini karena tiap tim hanya diberi 350 ribu untuk dapat sampai ke Bali. Untuk tiap tim sendiri harus melakukan misi pertama di kota yang berbeda sesuai dengan ketentuan panitia. Di hari kedua, yakni tanggal 8 Oktober 2019, misinya adalah  Journey of Giving Back atau Ziarah Tangan di Atas. Dalam misi ini, tiap tim melakukan kegiatan memberi, baik secara materiil maupun non-materiil, di kota kedua. Dan berikutnya, pada hari ketiga, yakni tanggal 9 Oktober 2019, misinya adalah  Journey of Freedom atau Ziarah Kebebasan. Dalam misi ini, tiap tim bebas menentukan kota mana yang akan disinggahi dan bebas melakukan kegiatan apa saja disana. Pada tanggal 10 Oktober 2019, semua tim harus sudah tiba di Denpasar, Bali, di titik lokasi yang telah ditentukan. 

Risk Mitigation: Health Risk, Emergencies, and Survival Tips on The Road
Pada sesi ini, para alumni GMB menceritakan kisah mereka ketika melakukan Youth Adventure di tahun-tahun sebelumnya untuk memberikan gambaran akan hal apa yang akan kita temui saat melakukan misi. Para alumni juga memberikan pengarahan apabila sesuatu yang tidak diinginkan terjadi di jalan, misalkan ada anggota tim yang sakit, tidak mendapatkan tumpangan sampai larut, dan lain sebagainya. 



CitizenOS: How Can I Use Digital Platform to Make This World Better?
Ada seorang volunteer GMB bernama Anett yang tergabung dalam CitizenOS, sebuah platform yang berfungsi untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk melaporkan masalah-masalah apa yang ada di lingkungan yang nantinya akan disalurkan kepada para decision-makers di pemerintah. Anett yang berasal dari Estonia ikut berpartisipasi dan mengajarkan para peserta dan alumni bagaimana menggunakan platform CitizenOS dengan benar.  



What to Pack in Your Back?
Pada sesi ini, peserta YA membawa semua barang-barang yang dibawa ke aula dan panitia mengecek tas peserta, serta membagikan obat-obatan bagi masing-masing tim. Hal ini dilakukan untuk memeriksa kesiapan peserta dan menitipkan barang-barang yang sekiranya tidak diperlukan dalam melakukan YA ke panitia untuk mengurangi beban tas. 

GMB and Folk Songs
GMB mempunyai tiga lagu yang harus peserta hafalkan selama acara, yakni Hymne GMB, Mari Berbagi, dan Pemuka Pemuda. Di Youth Leaders Forum yang akan diselenggarakan di Bali mendatang, para peserta dan alumni akan menampilkan suatu performance menyanyikan lagu-lagu daerah, maka dari itu, peserta dan alumni dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap malam, kami berlatih menghafalkan lagu daerah masing-masing dan membentuk koreo yang akan ditampilkan di atas panggung. 






Pre-Departure Briefing
Setelah sarapan, kami berkumpul untuk mendapatkan briefing dari alumni GMB. Pada sesi ini, masing-masing tim mendapat mentor yang nantinya akan menerima laporan dari ketua tim setiap harinya. Laporan yang dimaksud berisi lokasi tim, kesehatan para anggota, dan lain sebagainya. Sesi ini diakhiri dengan pembacaan do'a dari tiap-tiap perwakilan agama.





Perjalanan YA dimulai. Hal apa yang akan saya temui di jalan? Akan saya ceritakan di postingan berikutnya. 



Kamis, 12 September 2019

Seleksi Nasional YAYLF 2019 Gerakan Mari Berbagi

Baru sempat menulis lagi setelah sekian lama. Sorry for the late update but yes, I'm going to tell you about this life-changing experience I've gotten this year. I'm officially a GMBer! 

Gerakan Mari Berbagi atau GMB itu sebuah gerakan kepemudaan yang fokus pada sharing in diversity dan pentingnya value of giving back. Selain itu, GMB juga fokus pada pentingnya rasa toleransi dan pentingnya menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar. GMB sendiri pertama kali dibentuk pada tahun 2012 di Aceh, dan sampai sekarang telah memiliki lebih dari 200 alumni yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. 

Pertama kali tau GMB dari Mba Jen, salah satu teman KKN di Temanggung tahun 2017 silam. Ingat sekali bagaimana Mba Jen dengan menggebu-gebu bercerita tentang pengalamannya ikut GMB, bagaimana dia menumpang truk ke Jakarta, dan bagaimana GMB telah banyak mengubah pandangan orang-orang terhadap suatu isu tertentu. Siang itu, saya bertekad untuk mengikuti kegiatan GMB jika ada kesempatan di masa yang akan datang.

Setelah menunggu lama, akhirnya GMB membuka kembali kegiatan Youth Adventure and Youth Leadership Forum di tahun 2019. Mba Jen juga menganjurkan saya untuk mendaftar, dan memberikan dorongan untuk tetap percaya diri karena jujur dari awal saya sempat ragu untuk mendaftar. Saya merasa saya tidak mempunyai cukup keahlian, I feel like I'm not qualified enough to apply. But I need this for sure, one way or another. Mendaftar lah saya sekitar bulan Juli 2019.

Tahap pertama, saya harus mengisi formulir pendaftaran yang di dalamnya terdapat empat soal esai yang harus dijawab, berkutat tentang toleransi, perubahan yang telah dilakukan dalam organisasi, dan keterbatasan yang pernah dialami dalam hidup. Alhamdulillah saya lolos tahap awal dan lanjut ke Seleksi Nasional di Jakarta tanggal 31 Agustus 2019. Kaget, karena dari 400 lebih yang mendaftar, hanya 38 orang yang lolos ke Seleknas. Karena saya domisili Jawa Tengah, saya dianjurkan untuk datang langsung ke Jakarta.

Sampai di Wisma Kemenpora jam 6 pagi, belum ada siapa-siapa disitu. Seleknas dijadwalkan mulai jam 8 dengan pembukaan pendaftaran jam 7. Sebenarnya ada 15 peserta yang sudah konfirmasi hadir ke Seleknas, tapi 6 diantaranya berhalangan hadir saat hari-H. Jadi total peserta Seleknas yang hadir ada 9; saya, Salsa, Salma, Mawaddah, Kak Bahri, Vindi, Kak Ipul, Kak Rama, dan Akbar. Kebanyakan dari mereka tinggal di wilayah Jabodetabek, cuma saya seorang yang dari Jawa Tengah.

Peserta, alumni GMB, dan semua panitia Seleknas masuk ke aula Wisma Kemenpora untuk pembukaan acara Seleknas. Baru pertama kali saya datang ke acara dimana pembacaan do'a bukan sekadar agama Islam saja yang dibacakan. Saat itu, teman saya Mawaddah mewakili agama Islam, kak Ivan mewakili agama Buddha, dan kak Haga mewakili agama Kristen. Merinding? Iya. Takjub? Pastinya.



Dari 9 peserta yang hadir, kami dibagi menjadi dua kelompok. Saya sendiri satu tim dengan Kak Bahri, Kak Ipul, Akbar, dan Salsa.  Tahap pertama adalah sesi debat. Kami digiring masuk ke suatu ruangan dengan meja bundar lonjong di tengah. Dari 5 orang, terbagi menjadi dua kelompok Pro dan Kontra. Saya satu tim dengan Kak Bahri dalam sesi debat ini. Sebagai tim Kontra, kami harus meyakinkan moderator bahwa kelompok LGBT berhak mendapatkan hak mereka dan tidak boleh dikucilkan. 

Sesi debat berlangsung lancar, tidak ada menang kalah dalam tahap ini. I'm not that confident standing up in front of people like that. Saya merasa saya kurang maksimal dalam menyampaikan argumen saya karena pikiran saya blank disitu, kata-kata tidak dirangkai dengan baik. Saya sangat berterima kasih pada Kak Bahri dengan argumen-argumen pasal yang diberikan mengingat Kak Bahri adalah lulusan Hukum.



Tahap berikutnya adalah Ruang Seni. Dari awal saya pikir saya harus menunjukkan keahlian saya dalam hal seni, mau itu menari, menyanyi, dan sebagainya. Ketika kami masuk kedalam ruangan, alumni GMB meminta kelompok kami untuk menampilkan suatu performance apa saja dalam waktu 20 menit. Hal yang muncul dalam pikiran saya jelas musikalisasi puisi karena Salsa bisa memainkan gitar, dan Akbar merupakan anggota paduan suara di jurusan, saya pikir okelah bisa dicoba. Tim kami sepakat untuk menampilkan musikalisasi puisi dengan Salsa di bagian instrumen, Kak Ipul membacakan puisi, sedangkan saya, Kak Bahri, dan Akbar bertugas menyanyi lagu Tanah Air. 

Setelah itu, kami menunggu giliran untuk sesi wawancara, yang saya sendiri tidak tahu siapa yang akan mewawancarai saya. Ada dua tim wawancara dari pihak GMB, yang satu berada di ruang debat, dan yang satunya lagi berada di dekat pintu masuk Wisma Kemenpora. 

Saya menjadi peserta paling akhir yang mendapat giliran wawancara. Deg-degan luar biasa, pasti. Saya digiring kak Maizal ke tim wawancara yang berada di dekat pintu masuk. Kaget, karena inisiator GMB menjadi salah satu orang yang mewawancarai saya. Setidaknya ada lebih dari lima orang disitu, tapi yang aktif bertanya yaitu Bang Az, Kak Anna, Kak Pida, Kak Nuzul, dan saya lupa yang lainnya. Banyak yang mereka tanyakan, hal-hal seputar identitas diri, toleransi, dan sebagainya. Ada pertanyaan seperti, "Bagaimana jika tokoh idola kamu ternyata LGBT?" atau "Apakah kamu punya concern tertentu terhadap suatu isu di masyarakat?" Sesi ini berlangsung sekitar 40 menit. Saya hanya bisa tertawa setelah melakukan wawancara, karena sesi ini asyik, walaupun cukup memicu adrenalin, tapi seolah-olah saya melakukan diskusi dan ngobrol biasa.

Tahap akhir adalah lari 18 keliling lapangan di tengah-tengah terik matahari. Saya harus memutari lapangan Kemenpora pada pukul 13:00 WIB. Saya selesai paling akhir dan banyak jalannya ketimbang larinya. Saya harus segera ke bandara untuk pergi ke Jogja karena ada acara di malam hari. Jadi, saya melakukan tes lari secara santai, yang penting selesai dan tidak pingsan. Kapan lagi lari-lari di Kemenpora jam 1 siang. 

Waktu Seleknas, saya tidak begitu mengenal orang-orang yang hadir disana. Jumlah alumni bahkan jauh lebih banyak daripada jumlah peserta yang hanya 9 orang. Tapi mereka sangat sangat sangat baik, dan sungguh merangkul. I can't thank them enough for being extra kind to all of us. Saya juga baru bertemu dengan ke-8 orang peserta lainnya, tapi sudah seperti teman 10 tahun. See you when I see you!  

Kamis, 11 Juli 2019

This Military Wife is Falling For WOODZ

You know exactly what I'm talking about!

Kyungsoo is leaving me for military and now I'm all single and lonely I need someone to cheer me up on daily basis apparently. Other than EXO, that's it.

Thank you to Produce X 101, I find Cho Seungyoun aka WOODZ aka Luizy or whatever name he's calling himself as. I remember stanning him when he debuted under UNIQ because I literally played EOEO every single day and then I don't follow them up since then. Disappointing...

I recognize him as Cho Seungyoun was up until his Yes or No performance because I saw someone tweeting something about Seungyoun and UNIQ and I was like? Shit? This PDX101 Seungyoun is UNIQ's Seungyoun? [spits] Damn it.

I heard that he used to train to be a professional football player, that's why he used to live in Brazil and Philliphines? And he used to live in U.S too! Maybe this explains a lot about how he's good at Portuguese. But years later he came back to South Korea (or China? Idk) to pursue his dream as an idol. Cho Seungyoun if you read this post, please correct me if I'm wrong.

He debuted under UNIQ in 2014, joined Show Me The Money 5 and then debuted as Luizy, a soloist rapper that later released a song called Recipe featuring Flowsik. YES THAT MF FLOWSIK. After that he debuted as a soloist singer slash producer called WOODZ. He also made a group with his friends and named it M.O.L.A, consists of him, Nathan, 15&'s Park Jimin (Jamie), Pentagon's Kino, and Seventeen's Vernon. Imagine being in a group with a bunch of talented people. 

To know that he joins Produce X 101 and has to start from zero makes me so emotional. It has the same energy with me knowing Minhyun, Dongho, Jonghyun, and Minki were joining Produce 101 Season 2. It's heartbreaking.

But at the same time, it's really giving him so much benefits! I hope he will get so much recognition he deserves and I really wish he can make it to Produce X 101's final line up. I hope koreans realize how talented Seungyoun is. People sleep on him for too long (including me, DAMN IT) and now it's time for him to sit on that PDX101 sofa. Amen.

Stan Cho Seungyoun and listen to this gem right now!

Selasa, 18 Juni 2019

EXO Lightstick Ver 3.0

My impulsive buying ass is back at it again this time! 

SMent announced the upcoming EXO Official Fanlight Ver 3.0 two days before the pre-order opening thinking that EXO fans shit money on daily basis. Disappointed but not surprised. Nice marketing though, to know that EXplOration will be held next month. I even haven't used my lightstick ver 2.0 yet, lit rally clownery luv!

But I have no regret, I need to buy this pretty little thing right here! I'm glad SMent doesn't  put some change too much on the design. It's literally the same like EXO lightstick ver 2.0 but with helmet. A fancy helmet.

The surface will not be flat anymore, it's freaking 3D. They also diverse the colour this time. And put additional chargeable battery which can only be bought by Koreans because it can't be shipped through airplane cargo. Keep it bro I better use my AAA batteries for cheaper fee and effective usage. $54 for a lightstick is enough. Don't tell my mom I bought this.

The lightstick will come mid-August and I don't know whether I can wait THAT long.


Senin, 17 Juni 2019

Update 190617

It's been MONTHS since the last time I wrote something on this blog. There are a lot of things happened and I don't know how to tell you guys about it. I might as well doing this Update post thingy to catch up on what I've been doing these past few weeks. 

Listening to: I've been listening to songs from other groups a lot lately because EXO has been MIA since December 2018 with Love Shot performance. But I don't swerve that far because I keep repeating Jongdae's Beautiful Goodbye a lot. Bitches say they're fine but listening to Jongdae's entire album, yes I'm bitches. Other than that, I'm also into Twice and Seventeen these days. I love Twice's Fancy and Yes or Yes! Seventeen's Home is also a bop of the century man I don't make rules. And then there are Got7's Lullaby and Chungha's Gotta Go. Other than Kpop, Alan Walker ft Sabrina Carpenter's On My Way has been stuck on my head and I listen to Alex Turner's Stuck on the Puzzle before I sleep at night everyday. It's really that deep bro...

Watching: Not into movies but I just watched a Netflix series called Kingdom on April and I'm so mad that the final episode leaves me hanging with so many questions on my head. The 2nd season will be aired on February 2020. What am I gonna do until February?!  

Loving: Double cheese burger from Burger King and its Chocolate Float. I'm gonna eat it tomorrow. Period.

Reading: This is difficult to write because I don't really read anything hhhh. Been scrolling through horror threads a lot on Twitter without knowing whether it's a valid story. The clownery is real.

Have been thinking to: Kyungsoo's enlistment and his whereabouts. I haven't seen him in ages and the first news I'm getting is him enlisting on July 1st. Broken-hearted and upset. But I'm happy. It's really a Kyungsoo thing to enlist quietly. There are no Station, no fanmeet, no Heart4U videos too. Lit rally depressing luv... At this point I can't blame SMent for it because Kyungsoo probably doesn't want it anyway. Let him enjoy his last time before enlistment with his family and close friends. Not everything is about us, Susan. The sooner the better though. All I have to do is blink and March 2021 will be there in the corner. I just need a way to cope up with this feeling of not seeing Kyungsoo in every EXO schedule for the next 18 months.

Anticipating to: Baekhyun's solo album, Chanhun's sub-unit album, EXO's The Lost Planet 5; EXplOration, Yixing's Grand Line solo concert, and EXO's lightstick version 3!

Listen to Yixing's Honey, you cowards!

Kamis, 31 Januari 2019

Surat Untuk Kalian Para Pejuang Skripsi

Skripsi...mata kuliah dengan banyak definisi.

Bisa jadi yang dulu salah jurusan ternyata dia sidang duluan. Dulu katanya ini jurusan yang paling didambakan tapi sekarang malah enggan melanjutkan, atau barangkali yang dulu sering tipsen tiba-tiba sekarang paling sering bimbingan, atau bisa jadi yang dari dulu ambis sekarang justru semangatnya lebih dulu habis. Siapa sangka jalan cerita bisa berubah sedemikian rupa...

Skripsi...mata kuliah segudang persepsi.

Dari mulai deskripsi teori, diri, dosen pembimbing, hingga dosen penguji.

Ada yang dosennya stay tapi mahasiswanya takut bimbingan, ada yang mahasiswa pengen banget ketemu tapi dosennya super sibuk jadi tamu, ada yang dimudahkan pertemuan tapi tak kunjung menemukan titik tengah dari sudut pandangnya.

Ada yang ngeluh pengambilan data disaat orang lain masih pusing ngurusin etik, ada yang ngeluh ngurus etik disaat orang lain masih kelimpungan ngerjain revisian, ada yang jenuh ngerjain revisian di saat orang lain masih rombakan Bab 3, ada yang cape ngurus Bab 3 disaat yang lain masih Bab satu-satu saja, ada yang pengen nyerah di Bab 1 padahal di sisi lain masih ada orang lain yang topik penelitiannya aja belum tentu mau apa.

Akan selalu begitu...tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Tidak juga memaklumi sifat yang ada pada manusia. Sebenarnya, kita sangat bisa mengurangi keluh dan perbanyak bersyukur. 

Kita selalu lupa bahwa posisi yang kita keluhkan barangkali adalah posisi yang orang lain inginkan. Kita juga seringnya lupa, selalu menganggap masalah kita lebih dari apa yang orang lain rasakan. Perlu kita ingat bahwa kita sama-sama berjuang tapi bukan berarti bisa menyamakan perjuangan.

Semua sudah punya jalannya masing-masing sesuai takarannya, sesuai batas mampunya. Itu berarti kita tak berhak melambungkan diri lalu mudah merendahkan perjuangan orang lain. Bahkan banyak dari kita selalu bertanya sekedar ingin tahu saja, padahal barangkali ia sangat ingin menyembunyikannya. Atau justru kita iri melihat orang lain bahagia atas pencapaiannya yang menurut kita biasa-biasa saja tanpa kita tahu berapa banyak yang ia korbankan untuk sampai pada titik itu.

Kita ini lemah dalam menempatkan diri...

Berdo'a semoga kita dihindarkan dari hal-hal demikian. Sebab barangkali memang ada yang ingin Allah swt sampaikan melalui ini. Barangkali masing-masing dari kita memang sedang di uji. Ilmunya, niatnya, ibadahnya, lakunya, bahkan mungkin juga hatinya.

Kalau kata Ustad Hanan, mintalah apapun kepada pemilik hati bukan pada orang yang sedang diamanahi hati. Teman kita, dosen pembimbing kita, dosen penguji dan siapapun itu tetaplah manusia. Tidak memiliki kuasa. Sampai kita sendiripun tak memiliki kuasa untuk memerintahkan hati kita. Apalagi hati orang lain. Jangan meminta kepada orang yang membawa hati, tapi mintalah pada Allah...sebenar-benarnya pemilik hati.

Written by: @silvipujiastuti
Copied from: iCampus Indonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...