Laman

Kamis, 31 Januari 2019

Surat Untuk Kalian Para Pejuang Skripsi

Skripsi...mata kuliah dengan banyak definisi.

Bisa jadi yang dulu salah jurusan ternyata dia sidang duluan. Dulu katanya ini jurusan yang paling didambakan tapi sekarang malah enggan melanjutkan, atau barangkali yang dulu sering tipsen tiba-tiba sekarang paling sering bimbingan, atau bisa jadi yang dari dulu ambis sekarang justru semangatnya lebih dulu habis. Siapa sangka jalan cerita bisa berubah sedemikian rupa...

Skripsi...mata kuliah segudang persepsi.

Dari mulai deskripsi teori, diri, dosen pembimbing, hingga dosen penguji.

Ada yang dosennya stay tapi mahasiswanya takut bimbingan, ada yang mahasiswa pengen banget ketemu tapi dosennya super sibuk jadi tamu, ada yang dimudahkan pertemuan tapi tak kunjung menemukan titik tengah dari sudut pandangnya.

Ada yang ngeluh pengambilan data disaat orang lain masih pusing ngurusin etik, ada yang ngeluh ngurus etik disaat orang lain masih kelimpungan ngerjain revisian, ada yang jenuh ngerjain revisian di saat orang lain masih rombakan Bab 3, ada yang cape ngurus Bab 3 disaat yang lain masih Bab satu-satu saja, ada yang pengen nyerah di Bab 1 padahal di sisi lain masih ada orang lain yang topik penelitiannya aja belum tentu mau apa.

Akan selalu begitu...tidak perlu menyalahkan siapa-siapa. Tidak juga memaklumi sifat yang ada pada manusia. Sebenarnya, kita sangat bisa mengurangi keluh dan perbanyak bersyukur. 

Kita selalu lupa bahwa posisi yang kita keluhkan barangkali adalah posisi yang orang lain inginkan. Kita juga seringnya lupa, selalu menganggap masalah kita lebih dari apa yang orang lain rasakan. Perlu kita ingat bahwa kita sama-sama berjuang tapi bukan berarti bisa menyamakan perjuangan.

Semua sudah punya jalannya masing-masing sesuai takarannya, sesuai batas mampunya. Itu berarti kita tak berhak melambungkan diri lalu mudah merendahkan perjuangan orang lain. Bahkan banyak dari kita selalu bertanya sekedar ingin tahu saja, padahal barangkali ia sangat ingin menyembunyikannya. Atau justru kita iri melihat orang lain bahagia atas pencapaiannya yang menurut kita biasa-biasa saja tanpa kita tahu berapa banyak yang ia korbankan untuk sampai pada titik itu.

Kita ini lemah dalam menempatkan diri...

Berdo'a semoga kita dihindarkan dari hal-hal demikian. Sebab barangkali memang ada yang ingin Allah swt sampaikan melalui ini. Barangkali masing-masing dari kita memang sedang di uji. Ilmunya, niatnya, ibadahnya, lakunya, bahkan mungkin juga hatinya.

Kalau kata Ustad Hanan, mintalah apapun kepada pemilik hati bukan pada orang yang sedang diamanahi hati. Teman kita, dosen pembimbing kita, dosen penguji dan siapapun itu tetaplah manusia. Tidak memiliki kuasa. Sampai kita sendiripun tak memiliki kuasa untuk memerintahkan hati kita. Apalagi hati orang lain. Jangan meminta kepada orang yang membawa hati, tapi mintalah pada Allah...sebenar-benarnya pemilik hati.

Written by: @silvipujiastuti
Copied from: iCampus Indonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...